Kla Project
Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogja
Di persimpangan, langkahku terhenti
Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri, di tengah deru kotamu
(Walau kini kau t’lah tiada tak kembali) Oh…
(Namun kotamu hadirkan senyummu abadi)
(Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi)
(Bila hati mulai sepi tanpa terobati) Oh… Tak terobati
Musisi jalanan mulai beraksi, oh…
Merintih sendiri, di tengah deru, hey…
Walau kini kau t’lah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi
(untuk s’lalu pulang lagi)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati, oh…
(Walau kini kau t’lah tiada tak kembali)
Tak kembali…
(Namun kotamu hadirkan senyummu abadi)
Namun kotamu hadirkan senyummu yang, yang abadi
(Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi)
Izinkanlah untuk s’lalu, selalu pulang lagi
(Bila hati mulai sepi tanpa terobati)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati
Walau kini engkau telah tiada (tak kembali) tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu (abadi)
Senyummu abadi, abadi…
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Seiring dengan mengalunnya lagu itu, terbayang pula tiap kenangan yang ada di kota yang dimaksud oleh Kla Project di lagu tersebut.
Yogyakarta. Betapa aku sangat menyukai lagu itu. Hampir setiap baris liriknya sesuai dengan kenyataan di kota Jogja, begitu kebanyakan orang jaman sekarang menulisnya. Aku pernah bercerita di salah satu postinganku kalau tulisan membuat kenangan itu menjadi abadi. Namun, ada yang lebih ajaib lagi dari sebuah tulisan. Iya, sebuah lagu. Dengan sebuah lagu saja kita akan terbawa ke tempat di mana kita mendengarnya, dengan siapa kita menyanyikannya. Begitu ajaibnya sampai terkadang disaat mendengarkan sebuah lagu dapat membuat kita tersenyum sendiri, merasa bahagia, sakit, atau bahkan menangis.
Aku juga merasakan hal itu. Mungkin lagu Yogyakarta ini mengingatkanku akan beberapa hal dari kota singgahku sampai lulus nanti (insyaAllah). Hanya beberapa. Tidak cukup rasanya dua tahun yang telah aku lewati ini tergambar dari sebuah lirik lagu. Terlalu banyak kenangan.
Betapa bahagianya mengingat tawa dan hal-hal lucu dengan teman-temanku di sini. Bagaimana tidak jika berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun aku hidup bersama mereka. Ini rumahku dan mereka keluargaku. Bagiku, arti mereka lebih dari seorang teman, tetapi keluarga. Ketika aku yang manja ini harus memulai hidup sendiri di kota yang belum aku kenal. Meskipun aku pernah beberapa kali berkunjung ke kota Jogja, yang ada diingatanku hanya tempat-tempat kulinernya, yang bahkan aku tidak tau itu di mana. Dulu aku takut merasa kesepian di kota orang, tapi aku ingat bahwa aku tidak sendiri. Di sini banyak teman-teman yang senasib denganku. Berjuang demi masa depan dan orang tuanya. Begitu banyak pelajaran yang aku ambil selama aku tinggal di Jogja. Bukan dari segi akademis, namun dari segi sosial terutama. Aku mengenal banyak sifat-sifat orang yang aku rasa tidak akan aku temui di kotaku, Jakarta. Mereka di sini bukan mereka yang egois dan semaunya sendiri. Mereka orang-orang yang peduli dan tidak mudah mengeluh.
Aku banyak belajar dari perbedaan. Bagaimana aku harus bersikap sopan, mengalah, mandiri, dan dewasa dalam berpikir. Sedikit banyak mereka membantuku. Aku ingat pertama kali aku berteman dengan orang Jogja asli. Saat itu juga aku berkenalan dengan teman satu daerahku. Hari pertama bekerja sudah sangat terlihat perbedaannya. Aku sangat mengagumi orang itu, tapi aku juga tidak heran dengan sifat dan sikap tipikal anak ibukota. Terima kasih kamu, telah memberi kesan pertama anak Jogja yang sangat-sangat baik untuk aku :) Hari itu merupakan hari pertama aku berusaha membuka mata akan perbedaan-perbedaan yang telah aku rasakan saat ini. Mereka yang masih kurang bisa beradaptasi dan mereka yang menyatu dengan semua orang dari berbagai penjuru daerah. Aku berbicara begini bukan berarti aku merasa menjadi paling baik, aku hanya merasa menjadi orang yang lebih baik. Dan aku bersyukur. Meskipun mungkin tetap orang lain yang dapat menilai.
Setiap aku berpikir aku ingin cepat lulus dan pulang ke kotaku, terkadang pula aku berpikir, dengan begitu aku akan meninggalkan Jogja untuk selamanya. Bukan berarti aku tidak bisa lagi bertegur sapa dengan bumi Keraton ini, tapi karena aku tau pasti semua sudah berbeda. Mungkin aku masih bisa melihat Tugu Jogja berdiri tegak, melihat hiruk-pikuk jalan Malioboro, tanah lapang dan Graha Shaba di belakangnya, bahkan aku masih bisa menyelinap masuk ke fakultasku tercinta, tapi sudah bukan mereka orangnya, sudah bukan teman-teman 2010ku. Teman-teman kuliahku bukan seperti teman SMA yang berpisah lalu berpencar, namun masih bisa bertemu di kota kami tercinta. Teman-temanku di sini, bukan kota ini rumahnya. Begitu pula dengan aku. Tanpa sadar saat malam hari aku pulang ke kostan, aku merasa bahwa inilah rumahku selama dua tahun ini, tapi dua tahun lagi semua akan kembali ke tempat semula. Aku yang pulang ke Jakarta, teman-temanku yang lain yang pulang ke Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, atau bahkan menetap di Jogja. Entah kemana kami pergi atau pulang nanti, aku akan merindukan mereka. Aku akan rindu Jogja yang utuh dengan mereka. Belajar bersama, karaoke bersama, makan bersama, bekerja bersama, dan setiap momen spesial masing-masing yang dilewati bersama agar tidak kesepian. Canda dan tawa kami anak perantauan yang jauh dari keluarga namun tetap bahagia karena kebersamaan. Aku tidak akan pernah lupa. Entah bagaimana caranya menyatukan waktu untuk bisa kembali ke sini lagi bersama teman-teman nanti. Mungkin itu merupakan hal tersulitnya.
Mungkin terlalu jauh aku berpikir ke sana disaat ujian akhir semester 4 ku pun belum berakhir. Namun terkadang, pikiran ini terbesit begitu saja di kepalaku. Dan kali ini aku ingin mengungkapkannya dalam tulisan. Sehingga kalian tau betapa berartinya kalian untukku. Betapa kalian telah membantuku melewati masa-masa sulit tanpa keluargaku di sini.
Terima kasih teman-teman terbaikku. Aku tidak akan pernah melupakan jasa kalian, baik yang disengaja maupun tidak. Masih ada dua tahun lagi untuk diperjuangkan, tetaplah seperti ini kepada satu sama lain. Dan semoga setelah lulus kita semua jadi orang yang sukses dan dapat membanggakan orang tua kita. Amiin.
Ngomong-ngomong, selamat menempuh ujian akhir semester 4 teman-teman :)
There are lot more things to say to you guys. If you could just read my mind and hear my heart.
I love you, my friends.