Wednesday, August 1, 2012

Greeting, August!




For every year I post this at the beginning of my most favourite month.
My August wish, receive many blessings in this Ramadhan, get my birthday present that I want so bad from my mami and bapa', having a wonderful time in my day, everything goes well, and always feel happy inside my heart without expectations from anyone, it's from myself. Amiiin. :)



Hello August! It's day minus 3, yippie! <:>

Tuesday, June 19, 2012

Yogyakarta

Kla Project

Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogja
Di persimpangan, langkahku terhenti
Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri, di tengah deru kotamu
(Walau kini kau t’lah tiada tak kembali) Oh…
(Namun kotamu hadirkan senyummu abadi)
(Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi)
(Bila hati mulai sepi tanpa terobati) Oh… Tak terobati
Musisi jalanan mulai beraksi, oh…
Merintih sendiri, di tengah deru, hey…
Walau kini kau t’lah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi
(untuk s’lalu pulang lagi)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati, oh…
(Walau kini kau t’lah tiada tak kembali)
Tak kembali…
(Namun kotamu hadirkan senyummu abadi)
Namun kotamu hadirkan senyummu yang, yang abadi
(Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi)
Izinkanlah untuk s’lalu, selalu pulang lagi
(Bila hati mulai sepi tanpa terobati)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati
Walau kini engkau telah tiada (tak kembali) tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu (abadi)
Senyummu abadi, abadi…
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Seiring dengan mengalunnya lagu itu, terbayang pula tiap kenangan yang ada di kota yang dimaksud oleh Kla Project di lagu tersebut.

Yogyakarta. Betapa aku sangat menyukai lagu itu. Hampir setiap baris liriknya sesuai dengan kenyataan di kota Jogja, begitu kebanyakan orang jaman sekarang menulisnya. Aku pernah bercerita di salah satu postinganku kalau tulisan membuat kenangan itu menjadi abadi. Namun, ada yang lebih ajaib lagi dari sebuah tulisan. Iya, sebuah lagu. Dengan sebuah lagu saja kita akan terbawa ke tempat di mana kita mendengarnya, dengan siapa kita menyanyikannya. Begitu ajaibnya sampai terkadang disaat mendengarkan sebuah lagu dapat membuat kita tersenyum sendiri, merasa bahagia, sakit, atau bahkan menangis.

Aku juga merasakan hal itu. Mungkin lagu Yogyakarta ini mengingatkanku akan beberapa hal dari kota singgahku sampai lulus nanti (insyaAllah). Hanya beberapa. Tidak cukup rasanya dua tahun yang telah aku lewati ini tergambar dari sebuah lirik lagu. Terlalu banyak kenangan. 

Betapa bahagianya mengingat tawa dan hal-hal lucu dengan teman-temanku di sini. Bagaimana tidak jika berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun aku hidup bersama mereka. Ini rumahku dan mereka keluargaku. Bagiku, arti mereka lebih dari seorang teman, tetapi keluarga. Ketika aku yang manja ini harus memulai hidup sendiri di kota yang belum aku kenal. Meskipun aku pernah beberapa kali berkunjung ke kota Jogja, yang ada diingatanku hanya tempat-tempat kulinernya, yang bahkan aku tidak tau itu di mana. Dulu aku takut merasa kesepian di kota orang, tapi aku ingat bahwa aku tidak sendiri. Di sini banyak teman-teman yang senasib denganku. Berjuang demi masa depan dan orang tuanya. Begitu banyak pelajaran yang aku ambil selama aku tinggal di Jogja. Bukan dari segi akademis, namun dari segi sosial terutama. Aku mengenal banyak sifat-sifat orang yang aku rasa tidak akan aku temui di kotaku, Jakarta. Mereka di sini bukan mereka yang egois dan semaunya sendiri. Mereka orang-orang yang peduli dan tidak mudah mengeluh.

Aku banyak belajar dari perbedaan. Bagaimana aku harus bersikap sopan, mengalah, mandiri, dan dewasa dalam berpikir. Sedikit banyak mereka membantuku. Aku ingat pertama kali aku berteman dengan orang Jogja asli. Saat itu juga aku berkenalan dengan teman satu daerahku. Hari pertama bekerja sudah sangat terlihat perbedaannya. Aku sangat mengagumi orang itu, tapi aku juga tidak heran dengan sifat dan sikap tipikal anak ibukota. Terima kasih kamu, telah memberi kesan pertama anak Jogja yang sangat-sangat baik untuk aku :) Hari itu merupakan hari pertama aku berusaha membuka mata akan perbedaan-perbedaan yang telah aku rasakan saat ini. Mereka yang masih kurang bisa beradaptasi dan mereka yang menyatu dengan semua orang dari berbagai penjuru daerah. Aku berbicara begini bukan berarti aku merasa menjadi paling baik, aku hanya merasa menjadi orang yang lebih baik. Dan aku bersyukur. Meskipun mungkin tetap orang lain yang dapat menilai.


Setiap aku berpikir aku ingin cepat lulus dan pulang ke kotaku, terkadang pula aku berpikir, dengan begitu aku akan meninggalkan Jogja untuk selamanya. Bukan berarti aku tidak bisa lagi bertegur sapa dengan bumi Keraton ini, tapi karena aku tau pasti semua sudah berbeda. Mungkin aku masih bisa melihat Tugu Jogja berdiri tegak, melihat hiruk-pikuk jalan Malioboro, tanah lapang dan Graha Shaba di belakangnya, bahkan aku masih bisa menyelinap masuk ke fakultasku tercinta, tapi sudah bukan mereka orangnya, sudah bukan teman-teman 2010ku. Teman-teman kuliahku bukan seperti teman SMA yang berpisah lalu berpencar, namun masih bisa bertemu di kota kami tercinta. Teman-temanku di sini, bukan kota ini rumahnya. Begitu pula dengan aku. Tanpa sadar saat malam hari aku pulang ke kostan, aku merasa bahwa inilah rumahku selama dua tahun ini, tapi dua tahun lagi semua akan kembali ke tempat semula. Aku yang pulang ke Jakarta, teman-temanku yang lain yang pulang ke Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, atau bahkan menetap di Jogja. Entah kemana kami pergi atau pulang nanti, aku akan merindukan mereka. Aku akan rindu Jogja yang utuh dengan mereka. Belajar bersama, karaoke bersama, makan bersama, bekerja bersama, dan setiap momen spesial masing-masing yang dilewati bersama agar tidak kesepian. Canda dan tawa kami anak perantauan yang jauh dari keluarga namun tetap bahagia karena kebersamaan. Aku tidak akan pernah lupa. Entah bagaimana caranya menyatukan waktu untuk bisa kembali ke sini lagi bersama teman-teman nanti. Mungkin itu merupakan hal tersulitnya.

Mungkin terlalu jauh aku berpikir ke sana disaat ujian akhir semester 4 ku pun belum berakhir. Namun terkadang, pikiran ini terbesit begitu saja di kepalaku. Dan kali ini aku ingin mengungkapkannya dalam tulisan. Sehingga kalian tau betapa berartinya kalian untukku. Betapa kalian telah membantuku melewati masa-masa sulit tanpa keluargaku di sini.
Terima kasih teman-teman terbaikku. Aku tidak akan pernah melupakan jasa kalian, baik yang disengaja maupun tidak. Masih ada dua tahun lagi untuk diperjuangkan, tetaplah seperti ini kepada satu sama lain. Dan semoga setelah lulus kita semua jadi orang yang sukses dan dapat membanggakan orang tua kita. Amiin.

Ngomong-ngomong, selamat menempuh ujian akhir semester 4 teman-teman :)



There are lot more things to say to you guys. If you could just read my mind and hear my heart.
I love you, my friends.

Thursday, April 12, 2012

Mati Gaya

Iya, gue mati gaya.






-Sekian-

Tuesday, April 10, 2012

Karena Tulisan Membuatnya Abadi

Hoaaaaaaaaaaaaaam, sudah cukup lama ngga posting blog ya. Terakhir posting kalo ngga salah waktu liburan. Sempet terpikir untuk menilik blog beberapa waktu lalu. Tapi karena kesibukan tugas, bahkan untuk sekedar membuka pun ngga sempet. Semua berawal ketika gue sedang terduduk sambil melamun di sebuah kelas. Kebosanan terkadang membunuh kita terutama ketika kita merasa "terjebak" dalam sebuah kelas dengan dosen yang kurang dapat dimengerti. Gue sering ngelamun waktu lagi kuliah. Mulai dari A sampai Z gue lamunin. Emang bener-bener ga guna pikiran gue melang-lang buana entah kemana. Dan sampailah pada saat gue ngelamun dalam keadaan sadar ngga sadar, membuat gue tiba-tiba kepikiran, "akhirnya gue ada di sini ya, gue jadi mahasiswa Universitas Gadjah Mada" Ga lama kemudian gue langsung teringat perjuangan-perjuangan gue masuk UGM. Sungguh benar-benar perjuangan kalo diinget-inget. Rasanya mau flash back dan mengenang semuanya. Kemudian gue teringat kalo gue pernah nulis itu di blog. Ini dan ini! Gue langsung semangat pulang ke kostan untuk liat arsip blog gue dan ngebaca ulang gimana gue bisa ada di sana, duduk di bangku kelas Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada, sambil melamun. Seketika gue ngerasa harus membacanya dan mengingat betapa susahnya waktu itu. Dan oleh karenanya gue sama sekali ngga boleh menyerah di sini. Menyerah bukan dalam arti sesungguhnya. Tapi ketika hati gue udah mulai goyah karena kebosanan dan kepenatan akan tugas dan kewajiban gue di sini, saat itulah gue harus mulai juga mengingat perjuangan dan pengorbanan orang tua gue Februari-Maret dua tahun silam.

Dan semua perjuangan itu ngga akan pernah terlupa dari ingatan karena gue juga mengabadikannya di blog ini. Gue bahkan menyayangkan intensitas posting gue yang semakin berkurang. Gue menulis di blog ini bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk diri sendiri. Berbeda dengan Tumblr, yang khusus dibuat selain untuk diri sendiri, juga untuk seseorang :) Bahagia rasanya ketika mau mengenang sesuatu hanya tinggal buka blog dan liat arsip-arsip sebelumnya.

Kenangan itu akan tetap menjadi indah untuk diingat. Meskipun dulu dia menyakitkan, meskipun dulu sampai pernah berjanji untuk membuangnya. Tapi bagi gue, entah itu pengalaman baik atau buruk, mengenang sesuatu itu menyenangkan. Sayangnya otak kita terkadang susah untuk mengingat terlalu jauh dan terlalu detail. Maka dari itu gue suka menuangkan semua kejadian dan pengalaman yang gue lalui ke dalam sebuah tulisan. Karena tulisan, membuat kenangan-kenangan kita menjadi abadi.



Selamat menulis :)

Saturday, February 4, 2012

Manusia Setengah Salmon


Dua minggu lalu, tepatnya waktu ke GI bareng Risa, Rahma, dan Asti, gue membeli sebuah novel. Entah kesambet apa seorang gue bisa beli novel selain disia-siakan tanpa dibaca. Tapi itu kalo belinya pas iseng-iseng. Hari itu gue membeli sebuah novel karangan Bang Raditya Dika yang terbaru, berjudul Manusia Setengah Salmon. Gue berniat beli Manusia Setengah Salmon ini karena awalnya direkomendasiin salah satu temen gue, Mike. Di suatu malam yang galau, gue ngetweet sesuatu yang galau dan kemudian ditanggepin sama Mike. Dia memberi nasehat dan beberapa perumpamaan yang diakuinya dikutip dari novel terbaru Raditya Dika, Manusia Setengah Salmon. Kata-katanya begitu mengena buat gue, dan mungkin juga buat dia, *peace* yang belum lama putus. Awalnya, Mike berniat minjemin gue, namun apa daya rasa penasaran lebih besar dibandingkan jarak antara Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Alhasil gue membelinya sendiri di Gramedia, Grand Indonesia. Itung-itung sekalian lagi jalan sama temen-temen.

Di Gramed, gue sok-sokan milih-milih beberapa novel dan minta Rahma rekomendasiin gue novel percintaan yang dia anggap paling bagus. Karena memang hal-hal yang berbau percintaanlah yang membuat gue paling tertarik dan cukup betah untuk membacanya. Pertama tentu saja gue samperin rak tempat Manusia Setengah Salmon itu berada. Gue baca sedikit bab satu yang judulnya, Ledakan Paling Merdu. Tapi setelah gue baca sekilas yang ada gue jijik. Cuma berkisah tentang bapaknya yang suka kentut sembarangan. Oke itu buku gue taro lagi di rak karena gue pikir, "ya udahlah mending gue lirik-lirik novel percintaan dulu aja, mungkin gue emang ga cocok sama novel Raditya Dika kayak edisi sebelum-sebelumnya. Percuma kalo gue cuma suka beberapa bagian dari novelnya aja." Namun, setelah cukup lama memilih, memilah, membaca sedikit novel-novel percintaan yang ada di rak 'Best Seller', gue belum juga menemukan ke-sreg-an untuk membeli.

Batin gue kembali berkonflik, "ini kayaknya bagus sih, Rahma bilang juga bagus, tapi nanti gimana kalo ujung-ujungnya dia cuma jadi seongok buku yang tergeletak penuh debu dibagian paling depan rak gue?" Masih mending dibaca sampe habis, ini kasian novel-novel di kamar gue ngga ada yang gue baca sampe tamat. Cuma jadi pajangan, atau bahkan tergeletak dimana-mana. Ada yang di atas meja ruang tamu, laci, dan tempat lain. Ada sih yang gue baca sampe habis, saking dikitnya gue sampe bisa hapal judulnya, Nothing But Love dan Dealova. Udah. Itu doang! Dealova pun baru gue baca semester 2 kemarin disaat temen-temen udah pada selesai heboh waktu SMP. Mungkin ada yang terlewat tapi cuma satu dua biji. Dan malah ada novel yang gue baca sampe habis tapi ga ngerti isinya apaan. Seakan amnesia begitu selesai membacanya. Itu karena gue bacanya maksa, merasa bersalah udah beli tujuh jilid tapi cuma satu yang selesai gue baca. (re: Narnia).

Setelah akhirnya tidak memutuskan untuk memilih salah satu dari novel berbau cinta itu, gue pun menyerah dan berpikir untuk tidak membeli novel sama sekali hari itu. Tapi kemudian Asti dan Rahma bilang mau ambil duit sebentar. Sambil nunggu, daripada ga ada kerjaan, ga ada salahnya baca-baca sedikit novel yang jadi tujuan awal gue ke sini, Kali ini, gue skip baca bab satu tentang kentut-kentut itu. (Dan sampai sekarang pun belom gue baca). Gue baca beberapa lama dan ternyata kocak juga isinya. Gue bisa ketawa-ketawa sendiri sambil duduk di situ. Ngga sampe gue baca 10 halaman, gue langsung memutuskan untuk BELI! Horeee.

Pembatas Buku Manusia Setengah Salmon

Ehem, sebenernya tadinya, postingan ini mau berisi tentang Manusia Setengah Salmon itu sendiri, tapi kenapa intronya malah kebanyakan? ya sudahlah lanjut aja. Ternyata, isi Manusia Setengah Salmon ini bener-bener lucu, dan mengena tentunya seperti kata Mike. Ga nyesel beli novelnya. Bagi gue ini merupakan pengalaman pertama baca novel Raditya Dika dan sama sekali ngga mengecewakan. (iyalah kalo ngga gitu ngga laku kali ya selama ini). Banyak hal-hal yang nyentil buat gue, terutama tentang pindahan rumah dan perpindahan-perpindahan yang kita alami seperti ikan Salmon. Sedikit kutipannya,

"Seperti rumah ini yang jadi terlalu sempit buat keluarga kami, gue juga menjadi terlalu sempit buat dia. Dan, ketika semua sudah mulai sempit dan tidak nyaman, saat itulah seseorang harus pindah ke tempat yang lebih luas dan (dirasa) cocok untuk dirinya. Rumah ini tidak salah, gue dan dia juga tidak salah. Yang kurang tepat itu bila dua hal yang dirasa sudah tidak lagi saling menyamankan tetap dipertahankan untuk bersama. Mirip seperti gue dan dia. Dan dia, memutuskan untuk pindah."

"Putus cinta sejatinya adalah sebuah kepindahan. Bagaimana kita pindah dari satu hati, ke hati yang lain. Kadang kita rela untuk pindah, kadang kita dipaksa untuk pindah oleh orang yang kita sayang, kadang bahkan kita yang memaksa orang tersebut untuk pindah. Ujung-ujungnya sama: kita harus bisa maju, meninggalkan apa yang sudah menjadi ruang kosong."

Itu dua paragraf yang menurut gue dalem banget. Sebenarnya, ingin hati berbagi lebih banyak isi dari novel ini, namun apa daya dipikir-pikir lebih baik ngga usah di share kebanyakan biar penasaran. Gue udah baca sampe tamat, walaupun ada bab yang gue skip, contohnya soal kentut tadi. Tapi dari seisi novel, yang paling ngena buat gue adalah,

"Pacar yang cemburuan adalah pacar yang ga pedean"

Dalem aja Bang.. Nusuk..

Kira-kira itulah sedikit curhatan gue di Gramed tentang Manusia Setengah Salmon. Bagaimana? Tertarik? Atau malah udah pada punya...?? Bagi yang tertarik silakan langsung aja dicari di Gramedia atau di teman-teman terdekat yang udah punya, alias minjem.


Great novel Bang! Huge sense of humour yet romantic in some ways. And I love you more Bang Raditya Dika <3