Saturday, February 4, 2012

Manusia Setengah Salmon


Dua minggu lalu, tepatnya waktu ke GI bareng Risa, Rahma, dan Asti, gue membeli sebuah novel. Entah kesambet apa seorang gue bisa beli novel selain disia-siakan tanpa dibaca. Tapi itu kalo belinya pas iseng-iseng. Hari itu gue membeli sebuah novel karangan Bang Raditya Dika yang terbaru, berjudul Manusia Setengah Salmon. Gue berniat beli Manusia Setengah Salmon ini karena awalnya direkomendasiin salah satu temen gue, Mike. Di suatu malam yang galau, gue ngetweet sesuatu yang galau dan kemudian ditanggepin sama Mike. Dia memberi nasehat dan beberapa perumpamaan yang diakuinya dikutip dari novel terbaru Raditya Dika, Manusia Setengah Salmon. Kata-katanya begitu mengena buat gue, dan mungkin juga buat dia, *peace* yang belum lama putus. Awalnya, Mike berniat minjemin gue, namun apa daya rasa penasaran lebih besar dibandingkan jarak antara Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Alhasil gue membelinya sendiri di Gramedia, Grand Indonesia. Itung-itung sekalian lagi jalan sama temen-temen.

Di Gramed, gue sok-sokan milih-milih beberapa novel dan minta Rahma rekomendasiin gue novel percintaan yang dia anggap paling bagus. Karena memang hal-hal yang berbau percintaanlah yang membuat gue paling tertarik dan cukup betah untuk membacanya. Pertama tentu saja gue samperin rak tempat Manusia Setengah Salmon itu berada. Gue baca sedikit bab satu yang judulnya, Ledakan Paling Merdu. Tapi setelah gue baca sekilas yang ada gue jijik. Cuma berkisah tentang bapaknya yang suka kentut sembarangan. Oke itu buku gue taro lagi di rak karena gue pikir, "ya udahlah mending gue lirik-lirik novel percintaan dulu aja, mungkin gue emang ga cocok sama novel Raditya Dika kayak edisi sebelum-sebelumnya. Percuma kalo gue cuma suka beberapa bagian dari novelnya aja." Namun, setelah cukup lama memilih, memilah, membaca sedikit novel-novel percintaan yang ada di rak 'Best Seller', gue belum juga menemukan ke-sreg-an untuk membeli.

Batin gue kembali berkonflik, "ini kayaknya bagus sih, Rahma bilang juga bagus, tapi nanti gimana kalo ujung-ujungnya dia cuma jadi seongok buku yang tergeletak penuh debu dibagian paling depan rak gue?" Masih mending dibaca sampe habis, ini kasian novel-novel di kamar gue ngga ada yang gue baca sampe tamat. Cuma jadi pajangan, atau bahkan tergeletak dimana-mana. Ada yang di atas meja ruang tamu, laci, dan tempat lain. Ada sih yang gue baca sampe habis, saking dikitnya gue sampe bisa hapal judulnya, Nothing But Love dan Dealova. Udah. Itu doang! Dealova pun baru gue baca semester 2 kemarin disaat temen-temen udah pada selesai heboh waktu SMP. Mungkin ada yang terlewat tapi cuma satu dua biji. Dan malah ada novel yang gue baca sampe habis tapi ga ngerti isinya apaan. Seakan amnesia begitu selesai membacanya. Itu karena gue bacanya maksa, merasa bersalah udah beli tujuh jilid tapi cuma satu yang selesai gue baca. (re: Narnia).

Setelah akhirnya tidak memutuskan untuk memilih salah satu dari novel berbau cinta itu, gue pun menyerah dan berpikir untuk tidak membeli novel sama sekali hari itu. Tapi kemudian Asti dan Rahma bilang mau ambil duit sebentar. Sambil nunggu, daripada ga ada kerjaan, ga ada salahnya baca-baca sedikit novel yang jadi tujuan awal gue ke sini, Kali ini, gue skip baca bab satu tentang kentut-kentut itu. (Dan sampai sekarang pun belom gue baca). Gue baca beberapa lama dan ternyata kocak juga isinya. Gue bisa ketawa-ketawa sendiri sambil duduk di situ. Ngga sampe gue baca 10 halaman, gue langsung memutuskan untuk BELI! Horeee.

Pembatas Buku Manusia Setengah Salmon

Ehem, sebenernya tadinya, postingan ini mau berisi tentang Manusia Setengah Salmon itu sendiri, tapi kenapa intronya malah kebanyakan? ya sudahlah lanjut aja. Ternyata, isi Manusia Setengah Salmon ini bener-bener lucu, dan mengena tentunya seperti kata Mike. Ga nyesel beli novelnya. Bagi gue ini merupakan pengalaman pertama baca novel Raditya Dika dan sama sekali ngga mengecewakan. (iyalah kalo ngga gitu ngga laku kali ya selama ini). Banyak hal-hal yang nyentil buat gue, terutama tentang pindahan rumah dan perpindahan-perpindahan yang kita alami seperti ikan Salmon. Sedikit kutipannya,

"Seperti rumah ini yang jadi terlalu sempit buat keluarga kami, gue juga menjadi terlalu sempit buat dia. Dan, ketika semua sudah mulai sempit dan tidak nyaman, saat itulah seseorang harus pindah ke tempat yang lebih luas dan (dirasa) cocok untuk dirinya. Rumah ini tidak salah, gue dan dia juga tidak salah. Yang kurang tepat itu bila dua hal yang dirasa sudah tidak lagi saling menyamankan tetap dipertahankan untuk bersama. Mirip seperti gue dan dia. Dan dia, memutuskan untuk pindah."

"Putus cinta sejatinya adalah sebuah kepindahan. Bagaimana kita pindah dari satu hati, ke hati yang lain. Kadang kita rela untuk pindah, kadang kita dipaksa untuk pindah oleh orang yang kita sayang, kadang bahkan kita yang memaksa orang tersebut untuk pindah. Ujung-ujungnya sama: kita harus bisa maju, meninggalkan apa yang sudah menjadi ruang kosong."

Itu dua paragraf yang menurut gue dalem banget. Sebenarnya, ingin hati berbagi lebih banyak isi dari novel ini, namun apa daya dipikir-pikir lebih baik ngga usah di share kebanyakan biar penasaran. Gue udah baca sampe tamat, walaupun ada bab yang gue skip, contohnya soal kentut tadi. Tapi dari seisi novel, yang paling ngena buat gue adalah,

"Pacar yang cemburuan adalah pacar yang ga pedean"

Dalem aja Bang.. Nusuk..

Kira-kira itulah sedikit curhatan gue di Gramed tentang Manusia Setengah Salmon. Bagaimana? Tertarik? Atau malah udah pada punya...?? Bagi yang tertarik silakan langsung aja dicari di Gramedia atau di teman-teman terdekat yang udah punya, alias minjem.


Great novel Bang! Huge sense of humour yet romantic in some ways. And I love you more Bang Raditya Dika <3

No comments: