Wednesday, March 18, 2009

Hari yang Amat Salah

Semuanya berakhir dengan penyesalan, yang dimulai dengan senyuman berubah jadi entah, tak menentu rasanya. Ingin aku mengulang hari ini. Andai itu terjadi, aku mau memperbaiki banyak hal.

Aku takkan memintanya menungguiku latihan
Sehingga ia bisa punya cukup waktu untuk beristirahat
Aku akan memberi kabar kepada orang tua ku kalau aku akan pulang larut sore
Sehingga mama tidak perlu kena omelan bapa' karena ku
Aku tak perlu ikut latihan yang terlambat dari jadwal
Sehingga aku sudah ada di rumah saat Nisa menelpon

Itu semua kesalahanku, semua yang membuat hari ini benar-benar salah.
Aku senang ian mau menungguiku sampai selesai, meskipun sudah sore. Dia sendirian duduk di sana. Kasihan aku melihatnya. Tapi apa? Keegoisanku mengalahkan semuanya. Aku yang keras kepala ini tetap tidak mau mengeluarkan kata-kata, "udah pulang aja, gpp kok" Walaupun tau jawabannya, dia pasti tetap mau menungguiku, namun aku tak berani. Terlalu mementingkan perasaan sendiri tanpa memikirkan dia. Tidak terasa jam sekolah sudah menunjukkan pukul 17.30 dan aku belum selesai latihan. Sampai jam 18.00 kami masih di sekolah. Saat Maghrib pintu gerbang di gembok dan kami tidak bisa pulang. Kami berkeliling sekolah di tengah gelap mencari sang juru kunci. Namun tidak ketemu. Aku dan dia kembali ke luar sekolah. Betapa terkejutnya aku ketika melihat mama sudah ada di dalam sekolah sambil bertanya-tanya seorang satpam, "apa masih ada anak-anak di dalam sekolah?" Ternyata karena khawatir, kedua orang tua ku menjemput ke sekolah. ya Allah, aku merasa sangat tidak enak dengan ian. Dia sudah rela menunggu sampai sore tapi akhirnya aku di jemput. Karena tidak mau lebih membebaninya aku memilih pulang bersama mama dan bapa'. Lagipula dengan begitu dia bisa langsung menuju rumahnya. Di perjalanan pulang aku dimarahi, dan di nasehati. Lain kali aku harus menelpon. Mereka sungguh khawatir. Aku tidak pernah menyangka akan seperti ini. Biasanya hanya meminta izin sekali saja tidak apa-apa. Setelah mengantar bapa' tenis, mama bercerita kepadaku, tadi mama dimarahi karena aku sudah membuat khawatir orang tua. Mama ku lah yang disalahkan atas kelalaianku tidak memberi kabar. Aku meminta maaf kepada keduanya, dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Sesampainya di rumah, betapa kagetnya aku ketika mama bilang kalau tadi Nisa menelpon ke rumah dan mencariku. Ia memberi kabar bahwa ia telah sampai di Jepang dengan selamat dan sehat. Ia juga menitipkan salam untuk teman-teman sekelas. Betapa bahagianya aku mendengar kabar itu. Dan malah, aku senang dia sempat menelpon ke rumahku. Tapi, entah semenyesal apa aku tidak pulang lebih awal. Mamaku bilang dia menelpon tidak lama setelah Maghrib. Aku termenung beberapa saat. Berharap dia menelpon kembali atau, memikirkan bagaimana aku bisa menghubunginya. Aku menangis menyesali semuanya. Tapi untuk apa? Meratapi kejadian yang telah berlalu? Dan setelah itu aku bisa apa? Tak lama, aku mengusap air mataku.
Apa aku harus menangisi semuanya, apa aku harus terdiam tanpa berbuat apa-apa, apa aku harus bunuh diri karena penyesalan?
Dari situ aku menemukan jawabannya. Semua sudah ada jalannya. Tuhan yang mengatur. Aku tau aku salah dalam dua hal pertama. Namun untuk yang terakhir aku sangat menyadari itu semua memang takdir. Entah salah dimana. Aku hanya bisa berharap Nisa akan memberi kabar lagi dan mendoakan yang terbaik baginya. Saat kutanya mama apa dia terdengar bahagia, aku cukup puas dengan jawabannya. Cuma itu yang ingin aku ketahui. Karena kalau kau bahagia, aku juga ikut bahagia. Dan aku tak perlu merasa kesepian lagi. Pasti tawamu di sana lah yang telah mengusir kesunyianku tanpa kehadiranmu di sini. Semua tersampaikan jika Tuhan berkehendak. Walau hanya lewat perasaan. Tidak ada yang tidak mungkin. Aku tau kau pasti memberi kabar selanjutnya yang bahkan akan lebih membuat kami di sini senang. Benar kan?


Tuhan sudah mengatur semua yang berada di luar kuasa kita, manusia hanya bisa pasrah dan jika itu dilakukan maka dunia ini takkan mengenal kata penyesalan

2 comments:

cisicabeouf said...

jangan sedih natea :'I ambilah hikmahnya (sok menasihati) hehe

Nadia Hanintasari said...

ok, thanks Sii :DD